Pagi ini Fani sedang menunggu Bus di Halte Trans Semarang Koridor 3 dengan duduk di kursi paling pojok kanan dari halte bus Trans semarang sore itu setelah pulang dari sekolah, ia membaca sebuah buku pelajaran bertuliskan “Biologi Untuk SMK Kelas XI Pharmasi” dibagian sampulnya dan dia mempelajari bab sistem gerak. Sedikit demi sedikit satu dua halaman habis di bacanya dengan penuh semangat dan antusiasme yang tinggi karena besok harus menghadapi ulangan harian bab sistem gerak.
Selang beberapa saat, sekitar 5 menit kemudian seorang teman Fani yang bernama Andika dan kebetulan satu kelas dengan fani menghampiri Fani dan duduk di sebelah kiri dari tempat duduk Fani. Andika kemudian menyapa Fani dengan sebuah kalimat yang mungkin bagi banyak orang yang pernah merasakan sekolah di bangku SMA/SMK/MA dengan kalimat sedikit mengejek “Cie Belajar…., ngapain belajar di Halte Bus, belajarnya nanti malam saja” perkataan di Andika ini tentunya langsung masuk ke kalbu yang paling dalam si Fani dan akhirnya karena gengsi Fani pun menutup buku pelajaran tersebut dan memasukkan ke tas nya
Itulah sepenggal kisah yang penulis yakin pernah terjadi di mas, mbak, bapak, ibu, adek, paman, bibi, tante, dll yang pernah merasakan masa-masa abu-abu. Sebuah budaya yang seharusnya di contoh membaca dimanapun dan kapanpun ternyata susah untuk di contoh, padahal hal tersebut adalah hal yang sangat positif untuk meningkatkan prestasi, ilmu pengetahuan, dan logika dalam berfikir, lebih-lebih bisa memajukan Indonesia suatu saat nanti ketika generasi mereka menguasai Indonesia.
Ironi memang, teknologi yang semakin berkemabang terutama gadget yang hampir dari semua kalangan memilikinya benda yang satu ini karena peran yang sangat vital untuk berkomunikasi justru membuat penggunanya terlena dengan waktu.
Dari anak-anak dari SD, SMP, SMA, SMK, MA, dll hampir semuanya memiliki gadget yang satu ini, namun sayangnya mereka tidak bisa membagi waktu dengan benda yang satu ini. Coba perhatikan, baik makan, mau tidur, nonton TV, naik motor, naik mobil, menunggu bus datang, atau menunggu makanan datang ketika berada di rumah makan, hampir dipastikan untuk menunggu waktu luang tersebut mereka asik dengan gadgetnya, terutama untuk aktifitas nge-game, BBM, update status Facebook dan Twitter dengan kata”menunggu pesanan makan datang di restoran ABC” Fenomena yang justru menyebabkan kemunduran Bangsa Indonesia sedikit demi sedikit.
Bayangkan jika berbagai macam aktifitas itu dirubah menjadi sebuah kebiasaan membaca buku yang bermanfaat misalnya saja buku pelajaran, buku ensiklopedia, novel, manajemen, atau buku-buku lainnya yang lebih memberikan dampak positif bagi diri sendiri ataupun orang lain. Penulis yakin apabila kebiasaan tersebut terus dilakukan, suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa yang Maju karena pemikiran-pemikiran yang cerdas dan brilian dari penerus bangsa untuk memajukan Indonesia.
Kita ambil contoh salah satu tokoh Indonesia yang mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional yaitu bapak Bj Habibie. Kita tahu beliaulah perintis Industri kedirgantaraan Indonesia yang sempat Berjaya di tahun 1990-1999 dengan berhasilnya dibuatnya sebuah pesawat terbang turboprof pertama yang menggunakan teknologi Fly by Ware yang terkomputerisasi. Namun pada akhirnya mimpi sang professor harus kandas di tangan IMF karena krisis ekonomi 1999. Beliau bisa seperti itu mampu membuat pesawat terbang yang begitu canggihnya tidaklah instan begitu saja jadi sebuah pesawat namun melalui proses yang panjang. Salah satunya membaca-membaca dan membaca serta menekuni di bidang pesawat terbang untuk mampu memahami bagian-bagian dari pesawat sistem desain, aerodinamika, elektronika, software, perakitan dll.
Membaca mampu membuka jendela pikiran kita agar lebih terbuka lagi dengan memanfaatkan space otak kita yang baru kita manfaatkan 3% saja. Membaca mampu meningkatkan kerja otak kita agar mampu berfikir lebih baik untuk memecahkan berbagai persoalan dan problematika dengan mencari sebuah jawaban dari sebuah buku.
Penulis: Yoga Jiwanjaya
Ilustrasi, menunggu bus |
Itulah sepenggal kisah yang penulis yakin pernah terjadi di mas, mbak, bapak, ibu, adek, paman, bibi, tante, dll yang pernah merasakan masa-masa abu-abu. Sebuah budaya yang seharusnya di contoh membaca dimanapun dan kapanpun ternyata susah untuk di contoh, padahal hal tersebut adalah hal yang sangat positif untuk meningkatkan prestasi, ilmu pengetahuan, dan logika dalam berfikir, lebih-lebih bisa memajukan Indonesia suatu saat nanti ketika generasi mereka menguasai Indonesia.
Ironi memang, teknologi yang semakin berkemabang terutama gadget yang hampir dari semua kalangan memilikinya benda yang satu ini karena peran yang sangat vital untuk berkomunikasi justru membuat penggunanya terlena dengan waktu.
Dari anak-anak dari SD, SMP, SMA, SMK, MA, dll hampir semuanya memiliki gadget yang satu ini, namun sayangnya mereka tidak bisa membagi waktu dengan benda yang satu ini. Coba perhatikan, baik makan, mau tidur, nonton TV, naik motor, naik mobil, menunggu bus datang, atau menunggu makanan datang ketika berada di rumah makan, hampir dipastikan untuk menunggu waktu luang tersebut mereka asik dengan gadgetnya, terutama untuk aktifitas nge-game, BBM, update status Facebook dan Twitter dengan kata”menunggu pesanan makan datang di restoran ABC” Fenomena yang justru menyebabkan kemunduran Bangsa Indonesia sedikit demi sedikit.
Bayangkan jika berbagai macam aktifitas itu dirubah menjadi sebuah kebiasaan membaca buku yang bermanfaat misalnya saja buku pelajaran, buku ensiklopedia, novel, manajemen, atau buku-buku lainnya yang lebih memberikan dampak positif bagi diri sendiri ataupun orang lain. Penulis yakin apabila kebiasaan tersebut terus dilakukan, suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa yang Maju karena pemikiran-pemikiran yang cerdas dan brilian dari penerus bangsa untuk memajukan Indonesia.
Kita ambil contoh salah satu tokoh Indonesia yang mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional yaitu bapak Bj Habibie. Kita tahu beliaulah perintis Industri kedirgantaraan Indonesia yang sempat Berjaya di tahun 1990-1999 dengan berhasilnya dibuatnya sebuah pesawat terbang turboprof pertama yang menggunakan teknologi Fly by Ware yang terkomputerisasi. Namun pada akhirnya mimpi sang professor harus kandas di tangan IMF karena krisis ekonomi 1999. Beliau bisa seperti itu mampu membuat pesawat terbang yang begitu canggihnya tidaklah instan begitu saja jadi sebuah pesawat namun melalui proses yang panjang. Salah satunya membaca-membaca dan membaca serta menekuni di bidang pesawat terbang untuk mampu memahami bagian-bagian dari pesawat sistem desain, aerodinamika, elektronika, software, perakitan dll.
Bj Habibie dan model pesawat terbaru R-80 |
Yuk kita budayakan membaca untuk memajukan Indonesia
Penulis: Yoga Jiwanjaya