Pesawat TNI AU |
INDONESIA NUCLEAR STRIKE CAPABILITY
Kita pasti tahu mengenai “Project Alpha” yang di gagas TNI AU waktu itu untuk membeli sekitar 32 unit A-4E ex IDAF. Karena Indonesia waktu tidak mempunyai (mengakui) negara Israel, maka dibentuklah sebuah tim khusus untuk menjemput A-4E batch awal sebagai “training facilities” untuk mencetak pilot2 selanjutnya.. Singkat cerita, maka terbang lah A-4E batch awal ini ke Indonesia melalui penebangan ferry yang melelahkan.Sekedar “hoax” saja, ternyata para pilot yang dikirim ke negara Israel tidak sebatas hanya “menjemput” pesawat A-4E saja, tapi disinyalir ada 2 rombongan terpisah. Yang satu memang bertugas menjemput pesawat A-4E, sedangkan satu batch pilot yang tidak terdeteksi adalah para pilot2 TNI AU dengan kemampuan “delivery special ordnance” alias punya kemampuan meluncurkan senjata nuklir dengan Mirage 2000N yang berkampuan NOE (Nap Off The Earth).. Mirage 2000N ini adalah Mirage dengan kemampuan meluncurkan rudal nuklir taktis ASMP berjarak 100 km milik AU Perancis. Kenapa Mirage? Kenapa Perancis? Karena hanya mereka yang mau membagi “high technology” terkait kemampuan nuklir strategis kepada Indonesia.
Jadi hanya Indonesia yang punya kemampuan membuat serangan nuklir terbatas di wilayah Asia Tenggara waktu itu.
Tim ini yang menyusun SOP serta silabus bagi para pilot IDAF untuk melakukan terbang rendah mengikuti kontur bumi untuk melakukan “High Precision Nuclear Bombing” atau berlatih untuk melakukan “Fly Low to Avoid Radar Detection”. Ketika tim Project Alpha meninggalkan Israel dengan membawa pesawat A-4E, tim ini masih tinggal di Israel untuk melanjutkan menjadi isntruktur2 pilot IDAF. Tapi tanpa diketahui oleh Israel, ternyata tim ini terdiri dari 3 matra yang bertugas untuk menganalisa kemampuan angkatan perang Israel termasuk kekuatan darat dan udara mereka, dan kemudian meneruskan “informasi sensitif” ini ke lawan2 Israel.
Atas dasar ini lah, Indonesia bisa membeli F-16, Hawk Mk53 serta mendapatkan amunisi2 high tech waktu itu. Karena Israel “melobby” US untuk memberikan pesawat pesawat itu lengkap dengan amunisinya sebagai “balas jasa” atas pelatihan pilot2 IDAF….
Maka dari itu, tidaklah heran, ketika Indonesia membeli Sukhoi dengan kemampuan “membawa” senjata nuklir. Karena kita lah negara Asia Tenggara dengan kemampuan pilot2 TNI AU yang bisa “mengirim” pesan taktis penjuru Asia Tenggara.
Ini “hoax” ya, silahkan jangan dipercaya….hehehe
Pangkalan rahasia |
INDONESIA MINIMUM ESSENTIAL FORCES
Soeharto atau Susilo Bambang Yudhoyono?
Selama hampir 10 tahun terakhir ini kita selalu mendengar kata kata MEF (Minimum Essential Forces) atau dengan kata lain Kekuatan Minimum TNI dalam hal pertahanan negara.
Sudah banyak kita ketahui, bahwa program MEF ini muncul ketika “konflik” Ambalat mencuat ke permukaan. Negara tetangga yang jaguh seakan2 menantang TNI di perbatasan Laut Ambalat untuk meng klaim daerah tersebut masuk menjadi wilayah mereka. Kontan saja Presiden RI waktu itu menjadi “geram” karena ketidak siapan alutsista 3 matra menghadapi ancaman nyata. Efek embargo masih terasa dimana alutsista kita seakan “dipaksakan” untuk berhadapan dengan negara yang lebih siap dengan operasi militer terbatas.
Sukhoi Su-27 kita terasa “ompong” menghadapi kekuatan AL negara tetangga tersebut. Dimana Su-27 kita belum dilengkapi dengan persenjataan yang minimum waktu itu.
Kilas balik sebentar ke tahun 1990an dimana waktu itu Israel mulai menyadari bahwa mereka “dikibuli” oleh mentor mereka Indonesia yang ternyata “membocorkan” informasi tingkat tinggi ke lawan lawan mereka di kawasan Timur Tengah. Ditambah adanya informasi mengenai “pelatihan” terbatas oleh “sekumpulan orang dengan keahlian/kemampuan militer tinggi” di wilayah Palestina dan Libanon waktu itu..
Suharto (Presiden RI) waktu itu segera menyadari bahwa Indonesia kemungkinan akan “berpisah” dengan Israel, terbukti bahwa dikemudian hari terjadilah kejadian Santa Cruz yang menyebabkan Indonesia mulai di embargo oleh US dan sekutunya. Maka dengan segera Suharto mulai merencanakan pengalihan alutsista dari produk Barat ke produk alutsista Timur yang di motori oleh Rusia. Maka dimulai lah kontak melalui “jaringan intelijen tingkat tinggi” melalui Germany yang waktu itu baru saja bergabung kembali setelah sekian lama “terbagi dua”..
Lobby dimulai, Pak Habibie kebagian melobby Germany dengan dalih pembelian besar besaran alutsista laut ex German Timur waktu itu diantaranya Parchim Class, LST Frosch Class dan kapal Penyapu Ranjau jenis Kondor. Kemungkinan lainnya adalah pembelian alutsista udara ex German Timur yaitu Mig-23 Flogger, Mig 27 Flogger D serta kemungkinan Mig-29 tapi entah kenapa tidak pernah terpublikasi termasuk didalamnya pembelian besar besaran alutsista darat ex German Timur.
Didalam pembelian alutsista laut ini termasuk paket SA-7 Grail atau 9K32 Strela-2 dengan heat seeker. Maka dimulai lah reverse engineering untuk rudal panggul jarak pendek, Landing Ship Tank serta desain corvette untuk Littoral Patrol…
Dengan dijalinnya komunikasi “rahasia” antara Indonesia dan Rusia dengan perantara Germany dengan kamuflase pembelian alutsista, maka Indonesia waktu itu memutuskan untuk “memesan” 1 skadron Sukhoi dengan spesifikasi yang ditentukan oleh user yaitu TNI AU.
Termasuk pemesanan kapal kapal patroli, kapal kapal AKS serta kemungkinan kapal2 dengan kemampuan khusus seperti Frigate. Plus perencanaan pembelian alutsista darat dan pertahanan udara yang mampu “memayungi” Divisi Kostrad dan Marinir dalam skala terbatas.
Sekali lagi rekan2, ini hanya hoax ya….silahkan jangan dipercaya..
Pangkalan_2 |
By Patsus HADNA biro Jabodetabek
Gambar By Google
http://patriotgaruda.com/2015/11/08/hoax-corner/
Baca lanjutannya
- Part 1: Indonesia Nuclear Strike Capability
- Part 2: The Indonesia Unknow Special Forces
- Part 3: Status Defcon 2 Detected
- Part 4: Late Halloween Party
- Part 5: Ultimatum untuk 3 Kerajaan
0 komentar:
Posting Komentar