2 TAHUN SEBELUMNYA
lirik kuno navajo bagian 1 |
Sampai akhirnya ….
“BRAKKK!!!”
Bis itu menabrak pagar pembatas jalanan dan terayun di sisi jurang. Pagar besi yang menahan bis itu penyok dan menahan roda bis itu untuk tidak terjatuh ke jurang. Namun letusan pada ban akhirnya membuat bis itu kehilangan keseimbangan dan terguling ke dalam jurang. Tiga kali bis itu terguling menyebabkan tanki bahan bakarnya pecah. Gesekan metal yang terjadi kemudian menimbulkan percikan api yang segera membakar bahan bakar yang tumpah. Tidak lama kemudian dalam keadaan masih terguling, bisa itupun meledak dan akhirnya teronggok di dasar jurang dalam keadaan hancur penuh dengan nyala api.
“BLAAAAARRRR!!!”
Suara gema ledakan keras memenuhi ngarai luas tersebut di tengah pekatnya malam. Dasar ngarai berbatuan yang dilintasi oleh sebuah sungai yang cukup lebar itu menjadi akhir perjalanan maut bis malang itu. Keesokan harinya hingga beberapa hari kemudian pemberitaan tentang kecelakaan bis itupun memenuhi beberapa media. Berita yang tersebar menyebutkan bahwa di dalam bis tersebut terdapat beberapa karyawan laboratorium nasional Los Alamos yang menjadi korban. Disebutkan pula bahwa bis itu mengalami masalah rem blong dan terpeleset ke jurang karena licinnya jalanan akibat salju.
Meski terdapat saksi yang melihat beberapa keganjilan namun kesaksian mereka seolah hilang ditengah berita-berita lain yang beredar. Media-media lokal maupun nasional lebih suka memberitakan tentang bencana dahsyat tsunami yang melanda beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan bahkan hingga ke pantai Afrika yang terjadi seminggu sebelumnya. Seolah terdapat sebuah kekuatan yang meminimalkan peliputan kecelakaan tersebut, hingga akhirnya berita itupun tidak lagi menjadi sorotan di media-media.
***************************
“Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan media-media itu. Mereka tidak memberitakannya dengan benar. Para korban dalam bus tersebut bukanlah karyawan biasa tapi mereka adalah sekelompok ilmuwan yang tergabung dalam tim Terra Quark.”
Demikian ungkapan Shannon O’ Brien ketika menjawab pertanyaan Martin, keponakan suaminya, ketika mereka membicarakan tentang kejadian yang terjadi 2 tahun lalu itu.
“Dan tidak ada satupun yang memberitakan tentang Peter. Suami saya seharusnya ada di rombongan itu tapi mayatnya tidak ditemukan diantara para korban. Dan hingga kini, 2 tahun kemudian, tidak seorangpun yang mengetahui keberadaannya.”, Shannon menyambung kisahnya dalam raut wajah yang suram.
“Kamu tentu sudah bertanya ke kantornya bukan?”
“Tentu saja Martin. Itu yang aku lakukan pertama kali. Dan mereka selalu mengulang jawaban yang sama, Peter seharusnya ada dalam rombongan itu.”
“Kamu juga telah meminta bantuan pihak berwenang?”
“Ya. Sewaktu aku meminta bantuan pertama kalinya 2 tahun lalu, mereka masih bersikap ramah. Namun semakin sering aku bertanya, respon mereka semakin negatif. Malah terakhir kalinya aku bertanya tentang hasil penyelidikannya, mereka malah mengancam akan menempatkan tuduhan kepada Peter. Mereka berasumsi Peter terlibat dalam kecelakaan itu atau minimal mengetahui ada yang salah. Kata mereka, Peter turun dari bis di tengah jalan karena menyadari ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan dia menghilang karena tidak ingin bertanggungjawab atas kecelakaan tersebut.”
“Itu tuduhan yang sangat serius!”, Martin menukas.
“Ya! Peter tidak mungkin sejahat itu. Dia tidak mungkin melakukan itu. Saya kenal suamiku. Tidak mungkin! Sangat tidak mungkin!”, raut sedih Shannon semakin dalam dan mulai menangis.
“Tenanglah bi! Saya juga tidak percaya itu. Tapi… apakah polisi benar-benar melaksanakan ancaman itu?”
“Tidak selama saya tidak bertanya-tanya lagi. Karena itulah saya pindah kemari beberapa bulan setelah kejadian tersebut untuk mencarinya sendiri. Saya selalu berharap Peter akan kembali dan muncul mengetuk pintu rumah ini dalam keadaan sehat. Kami semua merindukannya. Anak-anak selalu menanyakannya. Kita semua tidak berhenti berharap meski ini sudah 2 tahun lewat.”, Shannon bercerita ditengah kedukaannya.
Martin sangat iba mendengarnya. Dia ingin memeluk bibinya itu dan menenangkannya. Namun dia tidak boleh melakukannya. Agama yang dianutnya baru beberapa bulan terakhir memiliki aturan yang ketat dalam berhubungan dengan wanita. Jika pertemuan ini terjadi 3 bulan sebelumnya mungkin akan berbeda yang dia lakukan. Dia hanya menepuk lengan bibinya yang sedang mengenakan baju hangat tanpa berkata apapun.
“Apakah ada hasil dari pencarian yang bibi lakukan?”
Shannon dan kedua anaknya memang telah pindah ke distrik Toppenish Los Alamos dari Rockenford Chicago beberapa bulan setelah kejadian tersebut. Shannon ingin mengupayakan pencarian secara mandiri tanpa mengandalkan pihak berwenang setempat. Di tengah waktu senggangnya sebagai seorang suster di rumah sakit di kota itu, Shannon sering berkeliling kota untuk sekedar bertanya-tanya kepada masyarakat di kota kecil itu mengenai informasi apapun yang terkait kejadian itu maupun tentang keberadaan suaminya.
Shannon menggeleng.
“Hanya keanehan demi keanehan yang aku temukan.”, jawab Shannon setelah berhasil menguasai emosinya.
“Maksudnya?”
“Ada seorang saksi yang melihat bis itu meluncur turun menuju jurang dalam kondisi gelap dan seolah tanpa kendali. Tidak ada jejak rem sama sekali di jalanan. Dan di salah satu ban ditemukan proyektil peluru. Di samping itu konon katanya hasil autopsi pada korban menunjukkan bahwa mereka semua dibius.”
“Konon? Maksudnya informasi ini belum diketahui kebenarannya?”
“Ya, karena itu hanya berdasar rumor yang beredar. Sampai hari ini saya belum menemukan saksi tersebut. Sedangkan dokter forensik maupun tim evakuasi tidak ada satupun yang bersedia buka suara. Salah seorang dari mereka bahkan berkata masalah ini jauh lebih besar dari yang aku bayangkan. Lebih baik aku jangan bertanya terlalu jauh. Demikian kata seseorang dari anggota tim evakuasi yang pernah aku tanya.”
Mereka berdua hening sejenak.
“Menurutmu apa yang sedang terjadi?”, tanya Shannon memecah keheningan.
“Entahlah… sebuah konspirasikah? Penelitian apakah yang sedang dilakukan Peter saat kejadian tersebut?”
“Dia tidak banyak bicara tentang hal itu. Kamu tahu sejak bekerja di laboratorium nasional, kami jarang berjumpa karena kontrak kerjanya membatasi waktu berliburnya.”
“Jadi tidak ada sedikitpun yang bibi ketahui tentang pekerjaannya?”
“Dia memang pernah bilang tentang …”
http://patriotgaruda.com/2015/11/17/lirik-kuno-navajo-1-ilmuwan-yang-hilang |
Baru saja nampaknya dia akan menceritakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suaru ketukan di pintu.
“Permisi! MoveTheFur Mover…. ”
“Ah ya… itu mereka!”, kata Martin bangkit dari duduk yang kemudian diikuti oleh Shannon.
Keduanya beranjak menuju pintu depan dimana sebuah truk pengangkut barang dan perabotan menunggu.
“Wah… Martin! Sebanyak ini barang yang engkau berikan?”
Merekapun mengarahkan para pemindah barang untuk mengangkut dan menata barang-barang tersebut di bagian rumah yang disulap menjadi kedai bertema Indian. Sementara beberapa barang lainnya diposisikan di bangunan terpisah yang akan dijadikan motel.
Sementara itu tanpa mereka sadari sepasang mata memantau kegiatan mereka dari kejauhan. Di dalam mobil Subaru Forrester yang diparkir di sudut jalan itu, salah satu seorang diantaranya berkomunikasi dengan kantor pusat melaporkan hasil pengamatan mereka.
“Ya pak! Nampaknya ada yang baru pindah ke rumah itu….. kami belum tahu pak…. ya akan kami cari tahu siapa dia….”
Bersambung ke bagian (2)
Ingat sekali lagi ini cuma dongeng dan jangan ditanggapi serius.
PERINGATAN : Membaca terlalu banyak dongeng menyebabkan kecanduan. Apalagi jika dalam dongeng tersebut melibatkan rahasia sebuah satelit, kisah pelarian seorang ilmuwan, kode-kode bahasa Indian kuno dan upaya perlindungan sebuah keluarga dari konspirasi jahat yang mengintai mereka.
By Patsus Namraenu Patga Biro Jabodetabek
Gambar By Google dan Patsus Dede sherman
http://patriotgaruda.com/2015/11/17/lirik-kuno-navajo-1-ilmuwan-yang-hilang/#prettyPhoto
0 komentar:
Posting Komentar