KOMPAS.com � Menjelajah hutan Sumatera hingga Sumbawa dan meneliti serasahnya, Alexander Riedel dari Natural History Museum di Karlsruhe serta Cahyo Rahmadi dan Yayuk Suhardjono dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengungkap 98 jenis kumbang baru.
Semua kumbang yang ditemukan termasuk dalam genus Trigonopterus. Genus ini mencakup kumbang-kumbang mini bermoncong panjang yang tidak memiliki kemampuan terbang, malas bergerak. Kumbang dalam golongan ini acap kali disebut "flightless beetle".
Trigonopterus adalah serangga yang hidup di lantai hutan, tempat lembab yang tertutupi oleh sampah organik hutan. Karena itu, upaya koleksi harus dilakukan dengan mengayak serasah dengan tangan.
"Ekspedisi sebenarnya sudah dilakukan lama. Kita mulai tahun 2004 dan beberapa kali sesudahnya. Kita targetkan misal tahun ini hutan Sumatera, ke depannya Jawa, dan seterusnya," kata Yayuk.
Penjelajahan ke sejumlah wilayah hutan di Sumatera, Jawa, Palawan, Bali, Lombok, dan Sumbawa berhasil mengumpulkan spesimen Trigonopterus dalam jumlah yang fantastis, lebih dari 4.000.
Identifikasi pun dimulai sesudahnya. "Kami lakukan identifikasi dengan melihat morfologinya. Selain itu, kita juga lakukan analisis molekuler," ungkp Yayuk saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/1/2015).
Lewat proses identifikasi, akhirnya diketahui ada 98 jenis baru kumbang mini tak bersayap. Penemuan kumbang ini dipublikasikan di jurnal Zookeys pada 22 Desember 2014 lalu.
T baliensis. Habitus (kiri), penis (kanan)
Salah satu yang mengagumkan adalah adanya delapan spesies Trigonopterus dari Bali. Contohnya ialah Trigonopterus baliensis. Temuan ini mengejutkan mengingat sebagai wilayah tujuan wisata, Bali relatif sudah mengalami kerusakan.
Spesies lain yang ditemukan antara lain T alaspurwensis, T kintamanensis, T diengensis, dan lainnya. Salah satu spesies baru dinamai T cahyoi karena dikoleksi pertama kali oleh Cahyo Rahmadi.
Spesies lain mungkin mengajak kita untuk belajar berhitung karena dinamai dengan angka, yaitu T satu, T dua, T tiga, dan seterusnya hingga T dua belas. Ada pula spesies dengan nama gunung, yaitu T gedensis dan T halimunensis.
Untuk identifikasi morfologi, peneliti menggunakan beragam karakteristik, misalnya penis. T empat memiliki penis dengan alat transfer kecil, sementara T lima memiliki penis dengan alat transfer lebih kokoh.
Dalam publikasinya, tim peneliti mengungkapkan bahwa hasil penelitian ini akan menjadi basis data sekaligus informasi taksonomi penting dalam dunia ilmu serangga. Hasil riset juga menggarisbawahi perlunya upaya konservasi hutan sebab serasahnya pun menyimpan keragaman hayati tinggi.
T halimunensis. Habitus (kiri), penis (kanan).
0 komentar:
Posting Komentar