KOMPAS.com - Sejumlah 1.457 atau 99 persen dari kejadian bencana yang menimpa Indonesia pada tahun 2014 adalah bencana hidrometeorologi, mencakup banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan.
Bencana itu menjadi yang paling mematikan, menyebabkan 537 orang tewas dan sekitar 2,5 juta jiwa mengungsi. Ratusan ribu rumah terendam dan ratusan fasilitas umum rusak. Data tersebut menunjukkan, Indonesia belum mampu menangani air dan cuaca sehingga tak menimbulkan kerugian.
Bencana hidrometeorologi besar pertama tahun 2014 adalah banjir Manado pada bulan Januari. Sejumlah 25 jiwa meninggal, ribuan rumah terendam dan 40 ribu warga harus mengungsi.
Selain banjir Manado, terdapat pula banjir di Panial, Papua, pada 2 Juli 2014 yang menewaskan 10 jiwa, banjir Aceh pada November 2014 yang membuat sekitar 90.000 jiwa harus mengungsi, serta lagi-lagi banjir Jakarta pada 12 - 21 Januari 2014.
Tanah longsor menjadi bencana hidrometeorologi, sekaligus terkakit faktor lingkungan, yang mendominasi. Kejadian terbesar terjadi pada bulan Desember ini, di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Akibat tanah longsor itu, hampir 100 orang hilang, 1.300 jiwa harus mengungsi, dan sawah serta kebun yang menjadi penghidupan bagi warga rusak. Dari jumlah korban sendiri, tanah longsor Banjarnegara adalah yang paling mematikan tahun ini.
Data dampak bencana alam pada tahun 2014. Bencana akibat faktor hidrometeorologi paling mematikan.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dody Ruswandi, dalam konferensi pers pada Selasa (30/12/2014) mengatakan, besarnya kerugian akibat bencana hidrometeorologi menegaskan pentingnya upaya mitigasi.
"Yang kita coba sekarang lakukan adalah pasang early warning system untuk longsor. Kita sudah siapkan 20, 10 untuk di Banjarnegara dan 10 lagi untuk di wilayah Jawa Barat," kata Dody.
Namun, early warning system itu tidak menjamin masyarakat selamat dari bencana. Dody mengungkapkan, Pemerintah daerah sendiri mesti berupaya mengajak masyarakat sadar bencana, memahami sistem peringatan dini, dan ikut memeliharanya.
Tahun 2015, bencana hidrometeorologi tetap akan mendominasi. Dengan hujan yang diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mulai memuncak pada pertengahan Januari, sejumlah daerah akan rawan banjir dan tanah longsor.
Faktor hidrometeorologi juga bakal tetap memicu kebakaran hutan jika tak ada langkah memperbaiki tata kelola hutan. BNPB menyebut, tahun ini kasus kebakaran hutan terjadi di wilayah lebih luas.
"Kalau tahun lalu hanya Riau yang dikenal, tahun ini ada Jambi dan Kalimantan Tengah," kata Dody. Kebakaran tetap bakal terus terjadi di wilayah yang selama ini menjadi langganan kabut asap dan kebakaran hutan.
0 komentar:
Posting Komentar