etika |
Segala bentuk plagiarisme di segala bidang, khususnya di bidang ilmu pengetahuan sangat tidak diperbolehkan. Jika seseorang terbukti melakukan plagiarisme maka sanksi berat pasti akan di jatuhkan kepada orang tersebut. Maka dari itu pencantuman sumber bacaan sangat diperlukan agar plagarisme dapat dikurangi, selain itu kesadaran akan tidak bolehnya plagiarisme di bidang ilmu pengetahuan perlu dipahami lebih mendalam agar terhindar dari plagiarisme.
Penulisan kepustakaan sangat diperlukan untuk menghindari plagiarisme. Beberapa kaidah selingkung penulisan kepustakaan sangat berbeda-beda tergantung institusi yang menerbitkan artikel tersebut. Tingkat internasional yang paling banyak di pakai adalah MLA, APA, dan CMS.
Gaya penulisan antara MLA, APA dan chicago memiliki perbedaan mendasar pada penulisan kepustakaan.
Pada MLA menyebutkan nama lengkap pengarang pada penyebutan pertama di dalam teks dan tidak diikuti tahun terbit, serta harus mencantumkan nomor halaman pada sitasi. Pada penulisan APA, hanya menggunakan nama belakang pengarang, diikuti tahun terbit dan boleh mencantumkan nomor halaman, tetapi juga diperbolehkan untuk tidak mencantumkan nomor halaman. Sedangkan pada CMS hanya menggunakan nomor superskrip yang diambil dari footnotes atau endnote dengan penomoran sitasi dilakukan secara urut dari awal tanpa melakukan pengulangan angka.
Gaya penulisan ini semua benar, tetapi bisa mnejadi salah jika di dalam penulisan artikel yang kita buat sudah ditetapkan menggunakan gaya penulisan APA, namun ternyata kita menggunakan format penulisan dari MLA sehingga artikel yang kita buat akan salah karena tidak memenuhi standar yang sudah di sepakai sebelumnya.
refleksi perkuliahan karya ilmiah tanggal 14 september 2015
0 komentar:
Posting Komentar