Itulah yang dilakukan oleh Yayasan Sulam Indonesia, PT Antam (Persero), menggandeng Lenny Agustin. Ketiganya memperkenalkan teknik sulaman di tengah masyarakat Pontianak yang terkenal dengan kemahiran menenunnya.
�Kami mengambil Pontianak, karena di sana ada Antam. Tapi di sana tak ada sulaman, adanya tenun. Nah, kami ingin mengenalkan sulaman, sehingga ini menjadi tantangan yang sangat besar. Akhirnya kami memilih nggak ada standar motif, mengumpulkan semua koleksi sulaman, lalu mengajak penenun mendaftar,� cerita Lita Jonathan dari YSI.

Karena masyarakat setempat baru mengenal sulaman, mereka mengalami kesulitan. Yang paling sulit adalah menghitung, mengingat semua hasil sulaman harus dihitung dengan tepat dan cermat. Ditambah lagi, semua baju penuh dengan sulaman. Alhasil, Lita dkk. lebih teknik swedish embroidery, swedish weaving, atau needing weaving dengan motif tenun Pontianak.
�Sulaman ini untuk pemula, supaya dia fokus. Kalau pemula, lebih mudah fokus ketika pertama kali menyulam. Menyulam ini berkaitan dengan motif dan chemistry tenun. Jadi tusukan awal harus benar, kalau bentuknya freestyle dan salah tusuk, ya harus dibongkar. Kalau mereka sukses dengan sulaman ini, mereka lebih mudah menyulam lainnya,� tandasnya.
Gladis sudah bisa menyulam? Kala bisa, mau mencoba menyulam dengan motif tenun?
0 komentar:
Posting Komentar