Home » » Obat Kumur Beralkohol, Amankah?

Obat Kumur Beralkohol, Amankah?

     Menghilangkan plak pada gigi merupakan faktor utama untuk mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi. Salah satu cara menghilangkan plak pada gigi adalah dengan sikat gigi dan floss. Kelemahan dari cara ini adalah rata-rata waktu menyikat gigi lebih rendah dari yang dibutuhkan dan hanya 2-10% pasien yang melakukan floss dengan teratur dan efektif. Oleh karena itu masih didapatkan sisa plak persisten. 

     Untuk menyempurnakan usaha tersebut maka berkembanglah obat kumur. Beberapa studi menunjukkan bahwa obat kumur efektif dalam mencegah dan mengkontrol pembentukan plak, namun penggunaannya tetap harus disertai cara mekanik, yaitu sikat gigi dan floss.


     Berdasar kandungannya, setidaknya terdapat dua macam obat kumur, obat kumur beralkohol dan obat kumur non alkohol. Sebagian besar obat kumur di pasar Indonesia mengandung alkohol, baik sebagai pelarut maupun sebagai antibakteri. Kadar alkohol bervariasi, yaitu 6,6% hingga 26,6%.

     Fungsi utama alkohol dalam obat kumur adalah pelarut, yaitu pembawa minyak esensial bahan aktif dalam obat kumur, misalnya eucalyptol, metil salisilat, mentol atau pun timol larut sehingga efektif untuk membasmi plak di rongga mulut. Setelah berkumur dengan obat kumur beralkohol, tak jarang orang merasa rongga mulutnya memiliki efek kebas dan kering. Hal itu disebabkan alkohol merupakan drying agent dan mudah menguap. Efek kering bermacam-macam, ada yang menerjemahkan sebagai rasa segar, rasa kebas, rasa terbakar, rasa nyeri, dan ada yang menyamakannya dengan hang over, yaitu rasa tak nyaman setelah mengkonsumsi minuman beralkohol.

     Fungsi saliva (air liur) juga menurun diakibatkan menguapnya kandungan air oleh alkohol. Penurunan fungsi saliva ini mempunyai banyak akibat. Saliva mempunyai manfaat antara lain sebagai antibakteri alami, self cleansing, sistem buffer, menjaga kestabilan gigi palsu dan juga sebagai lubrikan yang membantu proses pencernaan makanan. Saliva juga membantu indera pengecap untuk membasahi makanan dan sebagai penghantar rasa yang kemudian akan diinterpretasikan ke saraf pusat. Oleh karena itu, tanpa saliva, akan terjadi penurunan kepekaan rasa pada lidah dalam mempersepsikan makanan.

     Beberapa studi menyebutkan bahwa penggunaan obat kumur beralkohol dalam jangka waktu lama dapat mengubah morfologi sel mukosa, meskipun tanpa paparan rokok. Selain itu dapat meningkatkan permeabilitas sel mukosa sehingga zat penyebab kanker (karsinogenik) lebih mudah masuk ke dalam sel mukosa.

     Keuntungan pemakaian obat kumur beralkohol tinggi tidak sebanding dengan kerugian, terutama penggunaan dalam jangka panjang. Oleh karenanya, penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol tinggi harus diwaspadai. Obat kumur sebaiknya digunakan bila dibutuhkan dan dengan resep dokter, misal, pasca tindakan bedah atau saat terjadi abses dan infeksi lainnya. Sedang untuk mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi dapat memilih obat kumur nonalkohol dengan kandungan fluorida dan digunakan cukup 1-2 kali seminggu.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Arsip Blog